jueves, 3 de diciembre de 2020

Dosa Merusak Relasi


Kita sebagai manusia sering tidak mampu memperbaiki relasi yang sudah rusak, baik dengan keluarga, sahabat, rekan dan lainnya. Kita tidak mampu memperbaiki relasi itu sendirian. Misalnya, kita bersalah kepada si A, kita telah melakukan segala cara dan menyampaikan permohonan maaf kepadanya, namun si A tampak tidak memberikan respon untuk menerima kita. Mungkin karena merasa sudah sakit hati atau dia merasa lebih nyaman untuk tidak bersahabat lagi dengan kita yang telah menyakitinya atau mungkin rasa trauma atau luka batin yang belum diselesaikan. Relasi tidak membaik.

Membaiknya relasi membutuhkan peran kedua pihak.

 

Relasi Tuhan Allah dan manusia rusak karena dosa manusia. Allah itu kudus dan sempurna. Kita tidak dapat memperbaiki masalah ini sendiri. Allah sendiri telah lebih dahulu berinisiatif untuk mendamaikan hubungan manusia dengan Allah, melalui Yesus Kristus yang telah lahir dan disalibkan untuk menanggung dosa manusia. Sudah selesai. Dosa-dosa kita telah diampuni oleh Tuhan Allah. Allah telah mengampuni dan menerima kita. Bila relasi ini masih belum damai, maka kitalah yang sebenarnya tidak mau membuka diri atau menerima Allah. Kita masih bertahan pada kesombongan diri. Allah tidak bersalah, namun Ia sangat menyayangi kita, Ia mau berkorban bagi manusia. Bukan Allah yang bersalah sehingga Ia disalibkan, namun kitalah manusia yang berdosa.  

 

Dalam kisah move on, kita diajak untuk merenungkan bahwa ada hal yang lebih besar yang harus kita renungkan atau pikirkan. Lebih dari pada memikirkan masa lalu kita dengan si dia, kita diajak untuk merenungkan bagaimana relasi kita dengan Tuhan. Tuhan Allah yang selalu menunggu dan sabar untuk kita kembali kepadaNya. Betapa sakit hati yang kita rasakan dalam kondisi patah hati, inilah yang kita lakukan pada Allah. Kita telah menyakitinya. Kita tidak setia pada perintah-Nya, namun Allah tetap setia.

Bila si dia yang selama ini kamu kejar untuk membalikkan relasi kalian berdua, dan tidak membaik, ingatlah kalian berdua adalah manusia dan kita semua tidak lepas dari dosa. Dosa merusak relasi manusia dengan Allah dan merusak relasi manusia dengan manusia. Pandanglah kepada Allah, bahwa Allah lebih sering kita sakiti hatinya dengan ketidaksetiaan dan kesombongan kita.

Memandang kepada Allah


 

Pada akhirnya, definisi move on ialah mampu memandang kepada Allah, mampu menerima keadaan bukan karena pasrah, namun berserah pada Tuhan. Menerima bukan karena tidak melihat harapan lagi, namun karena kita melihat bahwa hidup adalah sebuah harapan. Menerima bukan karena menanti rencana indah di depan sana, namun karena melihat bahwa hari ini adalah indah. Menerima bukan karena sudah lelah, namun karena kita melihat bahwa sayang sekali banyak hari yang terlewati tanpa mampu disyukuri, hanya berlalu begitu saja.

Kita berhenti mencari-cari sebuah jawaban atas pertanyaan mengapa dari kejadian masa lalu, berhenti mengasihani diri sendiri lagi, berhenti menuntut kepada Alah. Kita mampu merasakan bahwa Allah adalah jawaban. Karena hidup bukanlah tentang diri kita sendiri.

Setelah kita menerima hidup kita kembali, bersahabat kembali dengan Allah, maka saatnya kita bergerak. “Move on” adalah bergerak. Move on bukan berpindah. Bila Anda mengira bahwa standar move on adalah Anda mampu berpindah ke lain hati (jatuh cinta kembali) pada pria/wanita lain, maka move on Anda sebatas berpindah hati, menghibur diri dan cinta yang egois. Selesaikanlah masa lalu Anda, lalu bangunlah hubungan kembali, agar luka lama tidak bangkit mencengkram emosi Anda. Move on lah ke hati Allah. Move on lah bersama Allah.

Rasakan bahwa bahagia itu berasal dari Allah. Kebahagiaan sejati dan ketenangan batin hanya berasal dari Allah. Kembalilah kepada pelukan Allah. Ia menunggumu kembali. Ia sanggup mengobati lukamu. Rendahkanlah diri di hadapan Allah, mintalah hikmat dari Allah. Selamat menikmati kemurahan Allah. Rasakan cintaNya. Jatuh cintalah di setiap napasmu kepada Allah. Rasa syukur akan melingkupi hatimu.  

Kasih yang Sama

 



Allah mencintai semua manusia. Ia adalah Allah yang adil. Kita berdoa,”Bapa Kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga….”

Sering sekali kita berfikir bahwa Tuhan lebih sayang kepada orang-orang Kristen yang taat kepada-Nya atau orang-orang baik atau orang-orang yang kehidupannya makmur. Pemikiran seperti ini akan membawa kita pada pemahaman bila hidup manusia dalam kesulitan atau kesukaran, berarti Tuhan hanya sekedar sayang kepadanya atau tidak memberikan kasih yang lebih seperti kasih Allah kepada orang yang hidupnya makmur.

Kasih Allah kepada segenap umat manusia adalah sama. Tidak ada lagi kasih yang lebih dari itu? Mengapa? Karena Allah telah memberikan semua kasih-Nya kepada manusia. Apa itu? Ia mengirimkan anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia. Jadi, Allah sangat menyayangi “semua” manusia.

Lalu, apa gunanya kita taat atau membangun hubungan pribadi dengan Tuhan atau apa gunanya menjadi garam dan terang dunia?

Kisah 1:

Ayah Budi sangat menyayangi anaknya, si Budi. Ayah Andi sangat menyayangi anaknya, si Andi. Pertanyaannya, siapakah yang memberikan kasih lebih besar? Kasih ayah Budi kepada anaknya atau Kasih ayah Andi kepada anaknya? Tentu, keduanya sama, Ayah Budi sangat menyayangi anaknya. Ayah Andi sangat menyayangi anaknya.

Dari kisah ini, kita belajar, siapakah yang paling disayang oleh Allah? Kamu atau saya atau dia atau mereka? Tentu, Allah sayang semuanya sama rata.

 

Kisah 2:

Dalam satu keluarga terdapat 5 anak. Siapa yang paling disayang? Semuanya disayang. Siapa yang paling menikmati kasih sayang itu. Seharusnya semua anak menikmati kasih sayang itu. Namun, anak yang menghabiskan waktu pada orangtuanya akan memiliki pengalaman bersama. Anak yang menceritakan keluh kesahnya akan menemukan penyelesaian. Siapa yang paling disayang? Semuanya disayang. Siapa yang paling menikmati? Dia yang membangun hubungan lebih dalam dengan ayah ibunya. Ayah dan ibu tidak menjauhkan diri dari anaknya. Mereka berusaha memberikan perlindungan dan kebahagiaan.

Ingat, Tuhan selalu datang kepada kita, memanggil kita untuk hidup di dalam Dia. Kitalah yang sering mengabaikan Tuhan atau mengandalkan diri sendiri. Sehingga, pengalaman pribadi kita kurang bersama Tuhan. Demikian pula, kurangnya merenungi dan mensyukuri anugerah Tuhan akan membuat kita merasa mengapa saya tidak seberuntung orang lain. Allah tetap mencintai kita bagaimanapun kondisi kita. Allah tetap setia, walau kita tidak setia kepada-Nya. Hubungan pribadi dengan Tuhan adalah kunci menikmati anugerah Tuhan.

Kitalah manusia yang sering membagi level kehidupan. Level kehidupan seperti apa?  Kita membagi orang-orang berdasarkan kekayaan, penampilan, kecerdasan atau keturunan dan sebagainya. Seolah-olah kita membuat kriteria, orang yang beruntung adalah seperti ini dan bila kita tidak demikian maka kita tidak beruntung. Yang memberi makna seolah-olah kita tidak disayang atau kita sedang diabaikan oleh Allah.  Tentu ini pemahaman yang salah. Dunia telah memporak-porandakan apa yang benar.

Allah sangat menyayangi kita. Ia begitu lembut. Ia menyambut kita saat mau kembali kepadanya. Bila kita merasakan betapa kita dikasihi oleh Allah dan bukan karena perbuatan kita maka kita mampu mengasihi orang lain. Bila kita merasa kita dikasihi Allah dan kita memposisikan kasih Allah itu berupa kekayaan, kepintaran, penampilan, pekerjaan, keturunan, maka kita sebagai orang yang merasa dikasihi, juga akan mengasihi orang lain, namun, kasih yang tulus akan mudah pudar, karena masih ada pengandalah diri  terhadap dunia ini. Kita akan mengeksklusifkan diri, seolah-olah Tuhan lebih sayang kepada kita. Tuhan Allah sayang kepada semua manusia. Maka, kita pun haruslah mengasihi semua umat manusia. Bukan hanya yang satu ras, satu agama, satu pemahaman, tapi kasihilah semua orang, termasuk musuhmu. Allah begitu mengasihi kita. KasihNya begitu besar. Ia memberikan anakNya untuk menebus dosa kita.

Belajarlah mengampuni, bagaimana Allah begitu mengasihi kita. Belajarlah melihat bahwa Allah mengasihi semua manusia. Merasa bila kita adalah orang yang paling dikasihi adalah kesombongan. Bukan kita orang yang paling dikasihi. Sifat ini menimbulkan kesombongan rohani. Allah mengasihi semua manusia, Ia sangat mengasihi. Semua kasihNya telah diberikannya kepada kita. Hidup bukanlah tentang diri kita sendiri. Lihatlah, bahwa kita semua mendapat kasih Allah. Bila kita sangat menikmati anugerahNya, ingatlah bila ini adalah kasih Allah. Mengucap syukurlah seperti seorang anak yang berterima kasih kepada orang tuanya.  


Sumber gambar: https://www.bcpmanila.org/devotional/dimensi-kasih-allah

miércoles, 29 de julio de 2020

TALENTA DAN KEPANDAIAN ADALAH KARUNIA TUHAN

Komik Alkitab Anak: Perumpamaan Talenta

Keluaran 36 : 1-2
1Demikianlah harus bekerja Bezaleel dan Aholiab, dan setiap orang yang ahli, yang telah dikarunia TUHAN keahlian dan pengertian, sehingga ia tahu melakukan segala macam pekerjaan untuk mendirikan tempat kudus, tepat menurut yang diperintahkan TUHAN.
2Lalu Musa memanggil Bezaleel dan Aholiab dan setiap orang yang ahli, yang dalam hatinya telah ditanam TUHAN keahlian, setiap orang yang tergerak hatinya untuk datang melakukan pekerjaan itu.

Matius 25 : 14-18
14Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau berpergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
15Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
16Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh lima talenta.
17Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.
18Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.

Renungan
Keahlian yang kita miliki adalah karunia dari TUHAN. Karunia ialah pemberian cuma - cuma, gratis dan bukan upah/usaha manusia. Keahlian memampukan kita melakukan sesuatu yang diperintahkan oleh TUHAN.
Bezaleel dikarunia keahlian, pengertian dan pengetahuan dalam segala macam pekerjaan untuk segala macam pekerjaan yang dirancang. Aholiab diberi kepandaian untuk mengajar (Keluaran 35: 30 – 35).
Kepandaian, keahlian, kepintaran dan kemampuan yang kita miliki adalah karunia dari TUHAN yang diberikan kepada kita secara gratis untuk melakukan segala macam pekerjaan yang telah diperintahkan oleh TUHAN.


a. Talenta atau kepandaian yang kita miliki dipakai untuk kemuliaan nama TUHAN
Bezaleel dan Aholiab diberikan kepandaian dan pengertian untuk melakukan segala macam pekerjaan bagi TUHAN. Talenta dan kepandaian yang kita miliki dipakai untuk kemuliaan nama TUHAN bukan kesombongan kita. Apapun keberhasilan dalam hidup kita, semuanya untuk kemuliaan nama TUHAN. Sudahkan nama TUHAN dimuliakan dalam hidup kita melalui segenap talenta dalam segenap hidup kita? Biarlah nama TUHAN yang dimuliakan.

b. Bertanggungjawablah terhadap kepandaian yang telah diberikan oleh TUHAN
Perumpamaan tentang talenta mengajarkan kepada kita untuk tidak menyia-nyiakan talenta pada waktu di dunia. Talenta atau kepandaian yang diberikan kepada kita harus dipertanggungjawabkan. Pertama, ketahuilah apa talenta atau kepandaian yang ditanamkan TUHAN kepada kita, misalnya menyanyi, menulis, melukis, mengajar, bermain musik dan sebagainya. Kita bisa saja berkata saya tidak punya talenta demikian. Ingatlah, TUHAN memberikan kita tenaga, akal dan pikiran. Ini adalah karunia dari TUHAN. Jangan disia-siakan. Setiap talenta atau kepandaian berguna untuk segala macam pekerjaan untuk kemuliaan TUHAN. Jangan sia-siakan.

c.   Talenta dan kepandaian yang dikerjakan akan berlipat ganda
Seolah-olah bila seorang semakin berlatih dan semakin pandai atau terlatih, itu adalah karena usahanya, seakan layak untuk menjadi dasar bahwa manusia dipuji.  

Keluaran 35: 30 – 35
30Berkatalah Musa kepada orang Israel: “Lihatlah TUHAN telah menunjuk Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda, 31dan telah memenuhinya dengan Roh Allah, dengan keahlian, pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan, 32yakni untuk membuat berbagai rancangan supaya dikerjakandari emas, perak dan tembaga; 33untuk mengasah batu permata supaya ditatah; untuk mengukir kayu dan untuk bekerja dalam segala macam pekerjaan yang dirancang itu. 34Dan TUHAN menanam dalam hatinya, dan dalam hati Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan,  kepandaian untuk mengajar. 35Ia telah memenuhi mereka dengan keahlian, untuk membuat segala macam pekerjaan seorang ahli, pekerjaan seorang yang membuat tenunan yang berwarna-warna dari kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus, dan pekerjaan seorang tukang tenun, yakni sebagai pelaksana segala macam pekerjaan dan perancang segala sesuatu.”

Kepandaian yang kita miliki adalah karunia atau pemberian cuma-cuma dari TUHAN dan diberikan kepada kita untuk melakukan suatu pekerjaan bukan untuk disia-siakan. Talenta atau kepandaian itu dipakai untuk melakukan pekerjaan yang memuliakan nama TUHAN.
Bila kita mengerjakan talenta atau kepandaian yang kita miliki, talenta itu akan semakin berlipat ganda. Misalnya, bila seseorang terus berlatih dalam musik atau vocal, maka akan semakin bagus. Bila seorang semakin giat dalam berkreasi maka, hasil karyanya akan semakin baik. Bila kita diberikan karunia untuk mengajar, tetaplah mengajar. Bila saat ini kita mampu menggunakan teknologi, ini juga adalah karunia dari TUHAN, bukan karena kemampuan dari diri kita. Yuk, gunakan dengan benar.

d.   Jangan membanding-bandingkan kepandaian setiap orang
Kepandaian atau keahlian yang kita miliki adalah pemberian TUHAN. Yang dipuji adalah TUHAN, bukan diri kita. Sering sekali dalam hidup ini kita membanding-bandingkan diri dengan yang lain atau membanding – bandingkan anak A dengan anak B. Hal ini akan menyakiti hati mereka yang direndahkan bahkan mematikan kemampuan yang telah mereka miliki karena tidak dihargai.
Mari melihat bahwa kepandaian atau keahlian seseorang merupakan karunia dari TUHAN dan Ia memberikannya menurut kesanggupan kita masing-masing. Bersyukurlah atas apapun yang kita miliki saat ini dan sadarilah bahwa ini adalah pemberian TUHAN.

e. Respon yang tidak baik terhadap talenta yang TUHAN berikan akan membuat kita mengabaikan, takut, mengeluh dan tidak bersyukur
Bukan tentang seberapa banyak dan besar talenta atau kepandaian kita, tapi tentang bagaimana kita merespon pemberian TUHAN.
Matius 25:24 “Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat dimana tuan tidak menabur dan memungut dari tempat dimana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini terimalah kepunyaan tuan!”

Apapun yang diberikan TUHAN kepada kita, itu karena TUHAN tahu bahwa kita sanggup. Kenali apa yang ada pada kita dan gunakan dengan baik untuk kemuliaan TUHAN. Bukan hanya talenta, namun semua yang TUHAN berikan seperti keluarga, kesehatan, kesempatan, akal pikiran, bicara, kepandaian, waktu, uang dan hal lainnya.

f.     Kita harus mempertanggungjawabkan apa yang kita miliki
Matius 25:19 “Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.”

Kata tuannya kepada hamba yang memiliki 5 talenta, yang telah menjalankannya dan menerima laba 5 talenta :
Matius 25:21 “Maka kata tuannya itu kepadanya : Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”

Kata tuannya kepada hamba yang memiliki 2 talenta, yang telah menjalankannya dan menerima laba 2 talenta :
Matius 25:23 “Maka kata tuannya itu kepadanya : Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”

Tuan memberikan apresiasi bagi hambanya yang setia dalam perkara kecil, baik kepada hamba yang mendapat 5 talenta atau 2 talenta, ia mengatakan masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Berapapun talenta yang kita miliki, bukan untuk disbanding-bandingkan dengan orang lain. TUHAN memberi talenta menurut kesanggupan kita masing-masing. Kita diberi tanggung jawab karena kita sanggup meresponnya. Tidak ada perkara yang melebihi kesanggupan kita.

Kata tuannya kepada hamba yang memiliki 1 talenta yang telah pergi, menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya”
Matius 25: 26-30 26Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat dimana aku tidak menabur dan memungut dari tempat dimana aku tidak menanam? 27Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. 28Sebab itu ambillah talenta itu daripadanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. 29Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. 30Ddan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”

Kesimpulan:
a.  Talenta atau kepandaian yang kita miliki dipakai untuk kemuliaan nama TUHAN
b. Bertanggungjawablah terhadap kepandaian yang telah diberikan oleh TUHAN
c.    Talenta dan kepandaian yang dikerjakan akan berlipat ganda
d.    Jangan membanding-bandingkan kepandaian setiap orang
e. Respon yang tidak baik terhadap talenta yang TUHAN berikan akan membuat kita mengabaikan, takut, mengeluh dan tidak bersyukur
f.      Kita harus mempertanggungjawabkan apa yang kita miliki

domingo, 2 de febrero de 2020

SELF REMNDER

Maafkanlah diri kita sendiri! Terimalah teguran yang membangun. Rasanya sakit, namun untuk mencambukmu agar tidak berjalan di luar garis. Terimalah kemarahan yang mengetuk hati dan pikiranmu untuk cepat sadar akan kelalaianmu. Jangan membenci mereka! Jangan pula menarik diri! Sayangilah mereka! Kamu akan semakin bertumbuh dan menjadi lebih baik saat kamu berani untuk menghadapinya.

Gandeng selalu kata “maaf”, “terima kasih”, “senyum” dan “tatapan matamu”.

Engkau sedang dibentuk. Terimalah! Seiring waktu orang-orang tersebut akan menghilang dari jalanmu. Jangan sia-siakan masa pembentukan bersama mereka. Akui kelemahan/kelalaian/ketidaktahuanmu, lalu belajar dan berubahlah. Maaf yang terbaik adalah benar-benar berubah dan bertanggung jawab.

----

Suatu hari engkau sampai pada titik dimana engkau tidak lebih hebat dari siapapun. Sebuah masa dimana kebaikan, kemolekan, kepintaran, kekayaan dan popularitas juga dimiliki banyak orang. Kemudian engkau bertanya apakah kehebatan/kelebihanmu yang membuat engkau berharga?

Masa itu adalah masa dimana engkau melepas definisi ego dan harga dirimu. Saat dimana engkau menghormati orang-orang yang awalnya engkau anggap tidak berkesan untuk dihormati. Rendahkanlah hatimu.

----

Orang bijaksana membuat banyak orang mengerti. Melewati kesusahan hidup pada orang bijaksana diperlukan untuk penyaringan dan pemurnian.

Dunia adalah masa pengujian dan pemurnian. Orang bijaksana akan memahaminya. Berbahagialah orang yang menanti-nanti. Setialah sampa akhir.

----

Bertanggungjawablah pada hari-harimu. Hari ini singkat sekali. Sebentar pagi lalu malam dan hari berganti. Perhatikan hati, pikiran, perkataan dan perbuatan. Jangan lalai/asal-asalan/sembarangan menjalani harimu. Bertanggungjawablah pada setiap kesempatan. Jangan sia-siakan itu!

Uruslah keluarga, sekolah, diri sendiri, pekerjaan dan kehidupan sosialmu dengan sebaik-baiknya. Sekali lagi, gunakan sebaik-baiknya, termasuk waktu istirahatmu bahkan jenis candaanmu.

Pemurnian dan penyaringan dalam hidup ini seperti padi dan ilalang. Lalu, ilalang itu dibiarkan untuk terus bertumbuh hingga padi berusia dan berakar lebih tua dan kuat, agar ketika ilalang dicabut, padi tidak ikut terangkat. Bila masa kini kamu merasa mengapa ketidakadilan dibiarkan hidup, yang kaya/bertahta melakukan kesewenangan, jangan iri pada mereka. Fokuslah pada pertumbuhan akar dan buah yang engkau hasilkan. Bila engkau sudah kuat, engkau akan melihat bagaimana ketidakadilan akan dicabut dari tanah.

----

Jangan benci mereka yang berkata kasar padamu. Kadang hanya nada dan intonasnya yang salah atau mereka kurang kosakata yang banyak atau mereka kekurangan waktu.

Namun, kadang-kadang perkataan mereka, ada realistisnya juga.

Bila ada yang marah padamu, tenanglah, gunakan api kemarahannya dengan benar. Perhatikan dengan seksama. Mungkin saja kita yang salah, koreksi dulu diri ini. Biarkan kita yang banyak mengalah dan berubah.

Namun, bila saat kamu perhatikan, kemarahan orang seperti kebakaran jenggot atau ‘membakar rumahmu’, ya siram dengan air. Jangan biarkan kemarahan itu semakin menyulut! Jangan kamu beri bensin! Hal itu membahayakanmu juga.

Engkau tidak dapat mengontrol bagaimana orang lain harus bersikap pada anda. Namun anda dapat memasang kuda-kuda dan menjaga hati/perasaan Anda. Tetap berusahalah bertanggung jawab pada perasaan Anda.

Treat yourself as you treat your lovely child. Bila hatimu sedih, hiburlah/apresiasilah! Jangan semakin menghakimi/ merendahkan/ menertawakan. Tuntunlah dirimu bak menuntun anak kecilmu. Bersahabatlah dengan dirimu.

----

Tersenyumlah selalu. Masalahmu tidak pernah lebih besar dari Tuhan. Biarkan matamu memancarkan kemuliaan Tuhan, bukan beratnya masalahmu. Banyak orang-orang yang butuh pengharapan dalam hidupnya. Coba saja tersenyum, banyak yang merasa tidak danggap. Siapa tahu, senyummu menjadi pintu yang terbuka bagi orang tersebut untuk kembali semangat.

Senyummu, tatapan matamu dan ketulusanmu. Berpakaianlah rapi dan bersih, tersenyumlah bagi mereka. Kebeningan hatimu akan terpancar. Tersenyum bukan agar engkau disenyum/ dikagum. Tersenyum ya, tersenyum saja. Seperti menabur, berharap ketulusan ini ada yang bertumbuh menjadi semangat/ rasa penerimaan pada orang lain.


domingo, 8 de diciembre de 2019

We're something with in God, we're nothing without God


Ilustrasi Bungkus Makanan

A : ”Ini apa?”
B : ”Wafer.”
A : ” Ini apa?” (membuka bungkus wafer dan mengeluaran wafer)
B : ”Bungkus wafer dan wafer.”
A : ”Kamu mau bungkusnya atau wafernya?”
B : ”Hahaha ... Tentulah, wafernya. Bungkus wafer itu akan disebut sampah dan dibuang 
      Tidak berguna.”


       Demikian hal nya dengan kita. Kita adalah bungkus wafer. Tuhan Allah adalah wafer. Bila Tuhan Allah ada di dalam hati kita, maka bungkus akan menjadi berguna dan berharga. Bungkus tidak akan disebut sampah. Bila kita meninggalkan Allah, kita hanyalah sampah.
Kita menjadi berharga karena Tuhan Allah. Tetaplah tinggal di dalam-Nya. 


"Seolah-olah mengerjakan banyak hal, namun sebenarnya tidak melakukan apa-apa."

       Ada yang disebut dengan jerih payah. Namun, karena merasa semuanya oleh kekuatan diri, maka seperti sebuah hak rasanya sehingga kita boleh menuntut. Padahal yang Tuhan mau ialah kasih yang setia. Tetap bersukacita dalam segala hal.
 
     Seolah-olah keberhasilan adalah karena usaha kita manusia. Padahal, tidak seorang pun dapat memerintahkan darahnya untuk berhenti mengalir sejenak lalu mengalir lagi. Tidak seorang pun dapat mengatur organ-organ dalam tubuhnya. Yang bisa dikendalikan adalah akal pikiran. Itupun kita mengendalikannya dengan mengatakan bahwa semuanya karena usaha kita.

    Seolah-olah mengerjakan banyak hal, padahal bila dipersentasekan hanya sedikit bahkan hanya sedikit sekali yang bisa kita kendalikan. Semuanya, ada kuasa yang lebih besar dan itu dari Pencipta kita.
      
         Tuhan memberkati.

 
                              We're something with in God, we're nothing without God.                          

jueves, 28 de noviembre de 2019

Panggilan Hidup


  • Kita harus tahu apa yang menjadi panggilan hidup kita. Panggilan hidup itu tentang apa yang harus kita kerjakan. Panggilan hidup (ada sesuatu yang telah direncanakan dan ditanam di hati kita). Pekalah! 

  • Panggilan hidup telah disusun oleh TUHAN, pekalah!
  • Hati-hatilah! Karena mimpi kita belum tentu panggilan hidup. Cek kembali! Apakah itu rencana TUHAN atau hanya list ambisi hidup ? Hati-hatilah! Jangan menyia-nyiakan hidup untuk menghabiskan waktu pada sesuatu yang bukan panggilan hidupmu. Rencana TUHAN itu ditanam oleh-Nya di dalam hatimu. Kamu akan gelisah dan mencari. Kamu akan berjuang karena harus pergi meninggalkan zona nyamanmu. Penyerahan diri kepada TUHAN bukanlah hal yang gampang karena dihambat oleh otak yang merasa diri sendiri bisa, kekhawatiran dan apa yang akan dikatakan oleh dunia.
  • Tentang rencana TUHAN, sama halnya seperti perjalanan Bangsa Israel yang TUHAN bilang bahwa musuhmu diserahkan ke tanganmu, oh, Bangsa Israel. Pergilah! AKU (TUHAN) akan berperang untukmu.
  • TUHAN telah menaruh rencana dalam hati kita. Dan TUHAN sudah memenangkan rencana itu. Pekalah! Ambil rencana itu dan lakukanlah! Tanya TUHAN apa yang harus kita lakukan! Bacalah Alkitab, berdoa dan tetaplah melangkah dalam penantian itu! 

Sumber gambar:

https://sacredmargins.files.wordpress.com/2014/01/clipart-abraham-god-calling-him.jpg


    sábado, 29 de septiembre de 2018

    Friendship


    When you love someone, yeah, her/his clotches, face, money and other standard of this world isn't important. The important are your time, yourselves and your openness.

    It's okay if your bestfriends have the other friends too.
    It's okay if your bestfriends choose for the other things outside of yourself.
    The important are you keep pray for your bestfriends and accept whatever him/her/them.

    Keep accept her/his when you know her/his problem, it means you are friend.
    But, keep accept her/his when you know her/his bad, it means you have love.

    Sumber gambar: https://clicktopray.org/prayer-is-friendship-with-god/

    It's not my business


    If i look something, if it is good, i will see and learn. But, if not, i will pass and say it's not my business. What is it for? So i didn't spend much energy to think about that. One day, i got stress because i thought so much. I got tension type headache. I thought that i need psychiatrist to helped me, but i didn't go. I cured myself without doctor and medicine.

    I thought too much. I couldn't put  conclusion from all debate between myself and me. So, i decided ,"It's not my business." I stopped thinking. I wrote this opinion.

    I started again and again for not processing all words from other.

    1. About GPA (Grade Point Average)
    Good bye for that. I study because i need knowledge. I am being young doctor not only for knowledge, but for my mental maturity. So, i decide for not giving my attention to GPA. I will not compare my GPA with other. The important one for next step is i do it by myself.

    2. About my performance
    What people wanna say about myself. I wanna say, "Your word, your expression is not my business. Good bye." For me, i must use the comfortable one.

    3. About what i do
    Good bye for your word. Everymorning i must put myself. If your word useless, hurting heart, i wanna say "Good bye to your word."

    4. Whatever
    Whatever i do, i must do it for God.

    Sumber gambar : https://www.pinterest.com/pin/484840716105884096/

    domingo, 20 de mayo de 2018

    Try, Learn and Practice

    Mencoba banyak hal baru, mau memulai, mau berbaur, mau belajar. Benar, engkau akan menemui dirimu yang semakin terasa bodoh, terdengar kurang telaten, kurang berpengalaman atau kurang pandai, namun engkau terdorong untuk berubah, daripada memilih untuk tidak melakukan hal baru yang memiliki peluang untuk melakukan banyak kesalahan.

    Tidak usah malu terlihat salah di depan mata semua orang, bahkan di depan musuhmu sekalipun. Biar saja engkau salah saat mencoba. Kesalahan juga mengajarkan cara untuk benar. Saat engkau salah, mungkin ada sepuluh mata yang melihat dan menertawakanmu, namun kesalahan mengajarkanmu cara untuk benar, dan bila engkau terima keadaan ini, maka engkau menjadi kekaguman bagi seribu orang di masa yang akan datang. Tetaplah mencoba dan siarkan pada dunia.

    Bila kamu mendengar kata mereka padamu, “Kamu salah, tidak telaten atau kurang pintar”, maka tetaplah berjalan. Tetaplah mencoba. Mereka yang memarahimu dan memberimu cap demikian adalah mereka yang terampil karena melakukannya berulang-ulang. Teruslah mencoba dan berlatih. Saat engkau memberikan energi terbaikmu dan arahan yang benar, mereka akan terdiam. Engkau bukan lagi si lambat, si bodoh atau si ketinggalan. Engkau akan menjadi si lambat/si bodoh/si ketinggalan yang telah menjadi buku terbuka yang dapat dibaca orang-orang di sekitarmu yang menunjukkan bahwa manusia bisa bangkit. Dan cap jelek itu tidak cocok lagi untukmu. Teruslah berlatih.

    Jangan takut mencoba. Kegagalan mengajarkan pada kita arti dari menghargai orang lain yang sedang atau pernah gagal juga. Kita lebih bijak untuk tahu kata-kata seperti apa yang layak diucapkan pada mereka.
    Jangan takut mencoba. Kamu salah, lalu dimarahi. Terima keadaan ini. Selalu ada jalan bagi orang yang berjalan. Bila jalan itu buntu, itu artinya saatnya belajar untuk mengepakkan sayap dan terbang. Jangan dengarkan kata-kata yang membuatmu jatuh. Bangkitlah.

    Kalau sudah salah, akui kesalahan itu dan berubahlah. Jangan lagi berusaha untuk membenarkan diri yang adalah salah. Tidak ada manusia sempurna yang dari lahir sampai masa hidupnya tidak pernah salah. So, bila kita gagal atau melakukan kesalahan, ya teruslah mencoba, belajar dan berlatih. Engkau akan semakin bertumbuh.

    Jangan dengarkan kata mereka yang mencoba saja tidak tetapi memberi komentar negatif. Percaya dirilah dna tetaplah berdoa.

    Yang perlu engkau lakukan sekarang ialah mencoba, belajar dan berlatih.  

    Sumber gambar: https://www.pinterest.com/pin/66357794480685694/