Hai, jiwaku,
Hari ini aku punya pertanyaan untuk kamu,
”Apa yang dicari manusia sehingga ia ingin dibela?”
“Apa yang dicari manusia sehingga ia ingin diakui?”
“Apa yang dicari manusia sehingga ia ingin dihargai?”
“Jawabannya aku tidak tahu. Yang aku tahu itu hanya dikejar oleh orang yang tidak kreatif.”
“Maksudmu?”,
“Kreatif itu orang yang mampu melakukan “create”. Creative berasal dari kata create yang artinya menciptakan. Karena manusia itu tidak mampu menciptakan “sesuatu yang berharga bagi dirinya.”
“Membingungkan jawabanmu.”
“Sama seperti manusia. Karena aku juga manusia. Manusia itu sendiri bahkan tidak tahu hal seperti apa yang mampu membuatnya menjadi semakin berharga. Pembelaan, pengakuan, penghargaan itulah yang membuat manusia merasa ia sedang dihargai. Dia butuh itu. Karena hal itu hanya bisa didapat dari luar dirinya.”
“Demikiankah?”
“Iya, demikianlah, sehingga terjadi perebutan rasa ingin diakui dan dihargai diantara manusia. Manusia itu tidak mengenal dirinya. Makanya, ia juga tidak tahu bagaimana memberi penghargaan bagi dirinya. Dia butuh orang lain untuk menghargai dia.”
“Ada yang lebih dari itu?”
“Lebih baik kerjakan saja yang harusnya dikerjakan.”
“Apa yang seharusnya dikerjakan?”
“Menghargai orang lain.”
“Aneh. Berputar-putar disitu saja.”
“Memang seperti itu kehidupan. Kerangka permasalahan kehidupan juga seperti itu saja, hanya level kesulitannya yang semakin meningkat.”
“Contohnya?”
“Bukankah manusia sudah pernah bertengkar saat masih kecil? Saat dewasa mereka juga masih bertengkar. Tapi, ungkapan kata bertengkar hanya untuk anak-anak, kata mereka demikian. Orang dewasa menyebutnya berselisih.
“Berselisih?”
“Iya, bahkan orang dewasa mampu berselisih secara diam-diam. Mereka mampu mengemas perselisihan dengan sangat baik. Sangat baik dengan keceriaan dan kesibukan dunia mereka.”
“Sudah kemana arah pertanyaan ini?”
“Nanti juga kembali ke awal. Seperti kehidupan ini.”
“Membingungkan.”
“Sudahlah, kerjakan saja yang harus kita kerjakan hari ini. Hari-hari memiliki kesulitannya masing-masing.”
“Kenapa hari-hari itu sulit?”
“Karena bahagia tidak disitu.”
“Kenapa bahagia tidak disitu?”
“Karena ia disembunyikan oleh manusia.”
“Kenapa disembunyikan?”
“Seperti kerangka permasalahan, model masalah kita dari kecil sampai dewasa sama saja, hanya kesulitannya saja yang berbeda.”
“Explain it to me, please!”
“Kamu tahu permainan “hide and seek”. Pemain yang jaga akan mengitung dan anak-anak lainnya harus bersembunyi supaya tidak kelihatan. Kemudian, pemain yang jaga akan mencari anak-anak yang bersembunyi. Anak-anak lainnya berusaha memenangkan permainan dengan cara tersembunyi pula. Tapi, mereka berbahagia. Saat sore mereka pulang ke rumah.”
“Artinya?”
“Demikianlah, manusia menyuruh kebahagian untuk bersembunyi. Katanya, manusia akan mencari kebahagian itu. Tapi, ternyata saat kebahagian itu keluar, anak itu sedang mencari kebahagiaan yang lain. Jadi, ada banyak kebahagian yang keluar secara tersembunyi, tapi anak tersebut tidak sedang di tempat. Namun, pada akhirnya, anak itu juga berhasil menemukan sebuah kebahagiaan yang sedang bersembunyi. Ia bahagia. Tapi sayang, ia mengabaikan banyak kebahagian lainnya yang telah keluar dari persembunyian dan sedang menanti dirinya. Sekarang sudah sore, dan manusia itu harus pulang. Sore itu bukan senja, tapi usia senja.”
“Berikan aku kesimpulan!”
“Tuhan telah menciptakan manusia dengan sangat berharga. Ia tahu berapa jumlah rambut yang engkau miliki. Ia begitu menyayangimu. KasihNya sangat besar dan tidak terbatas. Tetaplah tinggal di dalam Tuhan.”
“Terima kasih. Apakah hariku sudah sore?”
“Belum, masih pukul 11 siang. Hari-hari dimana masih produktif dan harus tetap berfikir.”
“Baiklah, Pertanyaanku sudah selesai. Masuklah lagi ke dalam diriku, wahai jiwaku. Kita harus tetap satu. Karena aku akan disebut manusia, ketika aku si tubuh bersama engkau jiwa dan hadirnya roh menjadi satu. Aku senang bercerita denganmu, jiwaku.”
No hay comentarios:
Publicar un comentario